JMFW 2026: Penunjuk Arah Tren ”Modest Fashion” 

Bukan semata memiliki keindahan alam dan tradisi yang kaya, Indonesia juga punya kekayaan eksplorasi dalam mengembangkan industri mode. Salah satunya adalah busana modest fashion (busana santun) yang menyemarakkan keberlangsungan Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2026.

Acara besar untuk modest fashion tersebut diluncurkan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia di Balai Kartini, Jakarta Selatan. Menteri Perdagangan RI Budi Santoso menyebutkan, JMFW bertujuan menampilkan tren modest fashion dan membangun ekosistem fashion nasional.

”Kami ingin menampilkan tren modest fashion masa depan melalui JMFW sehingga bisa menjadi kiblat modest fashion dunia. Kalau kita sudah mengetahui trennya, masyarakat akan lebih tertarik untuk memakainya,” katanya di Jakarta.

Tujuan tersebut berjalan beriringan dengan keinginan agar ekosistem mode Indonesia semakin kuat terhubung dari hulu ke hilir. Budi juga menambahkan bahwa dengan kehadiran JMFW, industri tekstil bisa berkembang sehingga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pun bertumbuh dan daya beli masyarakat meningkat.

Keberlangsungan JMFW pada tahun kelimanya ini mengukuhkan posisi Indonesia dalam memopulerkan modest fashion. Dengan gelora yang baru, JMFW mengusung tema ”Essential Lab”.

Tema ini merujuk pada keberadaan JMFW 2026 sebagai laboratorium fashion dalam menentukan arah modest fashion Indonesia. JMFW 2026 hadir bukan hanya perihal memamerkan koleksi busana, melainkan juga soal rangkaian besar dalam memetakan arah gaya berpakaian hingga memperluas jangkauan antara pelaku usaha fashion dan pasar dalam ataupun luar negeri. parfum lokal

Banyak gaya

Dalam kesempatan ini, JMFW 2026 menampilkan keberagaman gaya jenis pakaian. Kesepuluh model yang tampil tidak diseragamkan tema busananya. Masing-masing merepresentasikan berbagai gaya yang cocok untuk situasi-situasi tertentu. Misalnya active wear untuk keseharian, office wear atau pakaian kerja, pakaian kasual, hingga wastra Indonesia.

Terdapat salah satu yang mencolok dalam gaya busana kerja. Terlihat satu blouse putih lengan panjang yang dilapisi vest, juga berwarna putih. Menariknya, vest tersebut tidak dibiarkan polos, tapi dihiasi dengan corak embroidery bunga lili. Potongan bagian bawah vest tampak mekar.

Padanannya warna yang berseberangan, yakni rok hitam dengan desain lengkung-lengkung abstrak vertikal. Sementara kerudungnya berwarna abu-abu tanpa corak menonjol.

Penampilan tersebut merupakan hasil dari jenama Puthic asal Daerah Istimewa Yogyakarta. Nissa Khoirina (30), pemilik Puthic, mengungkapkan, jenamanya banyak mengambil kekhasan budaya lokal Yogyakarta sebagai sumber desain busana. Mereka juga banyak menggunakan bahan linen, katun, dan mengolah batik cap.

”Busana yang tadi dipakai oleh model dengan warna hitam putih itu terinspirasi dari Kandang Menjangan, salah satu sumbu filosofis Yogya. Jadi, dalam satu sumbu, satu garis. Nah, Kandang Menjangan itu warnanya hitam putih dan bangunannya lebih tegas,” jelas Nissa.

Jenama yang lahir pada 2018 itu dijadwalkan akan turut meramaikan peragaan busana JMFW 2026 pada November 2025. Nissa mengungkapkan, Puthic akan membawa enam hingga delapan koleksi ke panggung landas peraga. Untuk momen spesial tersebut, Puthic sedang menggodok inspirasi dari busana pengantin wanita tradisional Yogyakarta. parfum lokal

Perubahan

Tak semata memamerkan koleksi, acara mode seperti JMFW juga turut memberikan dampak terhadap jenama-jenama yang mengikutinya. Puthic yang sebelumnya juga mengikuti JMFW 2025, misalnya, mengalami perubahan signifikan baik dari sisi penjualan maupun desain.

Dulu kami lebih banyak kayak brokat-brokat dan itu sangat mudah ditiru. Dulu marketnya benar-benar berdarah-darah. Tapi, ketika kami fokus memunculkan karakter, fokus develop sesuatu yang beda dan baru, produk Puthic jadi lebih unik.

Nissa menceritakan, sebelumnya untuk satu busana, Puthic biasa menjual pada harga ratusan ribu rupiah. Setelah mengikuti JMFW, Puthic bisa meningkatkan harga dengan memberikan makna pada pakaian dengan cara yang lebih mendalam. Dari segi desain, Nissa menjadi lebih berani untuk mengeksplorasi karakter pakaian perempuan yang lebih feminin dan anggun.

”Dulu kami lebih banyak kayak brokat-brokat dan itu sangat mudah ditiru. Dulu marketnya benar-benar berdarah-darah. Tapi, ketika kami fokus memunculkan karakter, fokus develop sesuatu yang beda dan baru, produk Puthic jadi lebih unik,” tutur Nissa.

Perubahan turut dirasakan oleh Syifa Fatimah (27), pemilik Arabelle Scarf yang pernah berpartisipasi pada JMFW 2023. Dengan mengikuti JMFW, Syifa merasa jenamanya yang berasal dari Kota Kudus, Jawa Tengah, semakin dikenal masyarakat. Selain itu, Arabelle Scarf juga berkesempatan mengikuti pameran Handarty di Korea Selatan dan Jogja Fashion Week.

Acara akbar JMFW 2026 dijadwalkan berlangsung pada 6-9 November 2025 di Kartika Expo Balai Kartini. Akan ada banyak rangkaian acara yang mencakup 12 parade pergelar busana, pameran dagang (trade show), hingga gelar wicara (talkshow), penjajakan bisnis (business matching), dan penghargaan.

Parfum AXL